Gaya Hidup Generasi Z Milenial: bagaimana kita menata keseharian?

Di pagi yang hujan tipis, aku menenggelamkan diri dalam secangkir kopi sambil menata playlist. Gaya hidup Gen Z dan Milenial terasa seperti kaleidoskop: cepat, berwarna, kadang nyeleneh, tapi tetap jujur pada diri sendiri. Kita tumbuh berdampingan dengan smartphone, media sosial, dan ide-ide baru soal pekerjaan serta hubungan. Aku berjalan di antara dua dunia: offline yang sederhana dan online yang sentiasa hidup. Saat melangkah ke stasiun, suara sepatu mengekspresikan ritme hari; aku melihat orang-orang dengan gaya unik, serta senyum kecil yang muncul tanpa alasan.

Ritual pagi memilih outfit terasa seperti meditasi mini. Bagi banyak orang, berpakaian adalah ekspresi seni; bagi aku, bahasa tubuh untuk menunjukkan diri hari ini. Pakaian sering gabungan thrift lama, jaket kulit yang pudar, atau hoodie lembut seperti pelukan. Netralitas warna jadi dasar, aksesoris kecil memberi karakter. Dalam perjalanan menuju kantor kecil kami di ujung kota, bus kadang melambat agar aku bisa cek feed sebentar, lalu tertawa melihat meme fashion yang absurd. Hari itu ringan, meski awan tebal menggantung, karena kami memilih menjalani hari dengan santai.

Apa arti fashion kekinian bagi gaya sehari-hari di kota kecil maupun besar?

Fashion kekinian bukan sekadar tren, melainkan bahasa ekspresi yang bisa disesuaikan dengan ritme hidup. Kita suka mencampur potongan klasik dengan sentuhan teknologi: jeans timeless, sneakers netral, jaket windbreaker, dan tas kecil yang praktis. Kenyamanan jadi prioritas karena kita sering berpindah-pindah: naik kereta, berjalan di mall, atau nongkrong di rooftop. Ada kepuasan saat outfit terasa fungsional namun tetap punya karakter; potongan rapi, warna mudah dipadukan, dan kualitas yang bisa bertahan lama. Ini bukan soal meniru orang lain, tapi menata suasana hati lewat pakaian.

Di era sosial media, inspirasi datang dari mana saja—akun mikro-influencer, teman lama, atau katalog global. Karena kita tidak ingin boros, kita pilih cara praktis: thrifting, capsule wardrobe, atau barter barang. Kalau mau lihat katalog kekinian yang inspiratif, aku sering cek di xgeneroyales, karena mereka menampilkan kombinasi outfit sederhana namun punya vibe berbeda. Rasanya seperti punya teman yang nggak menekan dompet tapi tetap kasih saran. Malam hari turun hujan, warna-warna barang itu seolah membentuk jalanan menjadi panggung kecil untuk kita.

Opini pribadi: tren vs identitas, kita tidak kehilangan diri?

Tren bisa jadi konsumsi tanpa pertimbangan jika kita tidak menjaga identitas. Gen Z dan Milenial ingin terlihat up-to-date, tetapi kita juga ingin kenyamanan dan kejujuran. Aku pernah membeli sesuatu karena hype lalu menyesal karena tidak cocok dengan gaya hidupku yang sederhana. Akhirnya aku memilih potongan netral, material nyaman, dan pola yang bisa dipakai berulang. Fashion jadi alat komunikasi, bukan topeng yang menutupi kepribadian. Saat kita merasa nyaman, kita lebih percaya diri berjalan ke kantor atau ke tempat nongkrong.

Di sisi lain, tekanan media sosial sering membuat kita membandingkan diri. Postingan teman yang selalu “on point” bisa bikin kita merasa kurang apa-apa. Tapi kita ambil potongan kecil dari tren, tambahkan humor, dan fokus pada apa yang benar-benar nyaman dan tahan lama. Kita bisa menabung untuk item berkualitas, atau membeli barang yang fungsional namun tetap punya karakter. Intinya: fashion adalah alat interaksi, bukan hakim yang menilai kita lewat like.

Review produk kekinian yang masuk daftar favorit

Aku mencoba beberapa produk kekinian yang sering dibicarakan teman. Sneakers retro yang nyaman dipakai seharian masuk daftar prioritas: sol empuk, tumit tidak keras, warna netral. Aku pakai ke kampus, ke kantor, bahkan nongkrong di taman. Jaket windbreaker dengan potongan simpel terasa ringan dan cukup melindungi saat angin sore. Tas kecil berbentuk kotak juga jadi favorit karena muat dompet, kaca, dan charger tanpa bikin bahu pegal.

Secara keseluruhan, barang-barang itu terasa seperti teman lama yang tahu kapan kita butuh perlindungan dan suasana hati. Tentu tidak semua cocok untuk semua orang: kadang aku merasa terlalu overdressed untuk meeting santai, kadang terlalu santai untuk acara formal. Momen lucu sering datang saat aku mencoba mengikat hoodie terlalu tinggi hingga terlihat seperti karakter komik, lalu tertawa karena itu mengubah mood. Intinya, produk kekinian yang tepat membantu kita menjalani hari dengan nyaman sambil tetap mengekspresikan diri.