Warna Nostalgia: Cara Gen Z dan Milenial Memakai Fashion Retro

Pernah nggak, kamu lagi jalan-jalan dan tiba-tiba ngerasa semua orang seolah balik ke masa lalu—jaket denim oversized, celana high-waist, scrunchie di pergelangan tangan? Aku sering. Sekarang, nostalgia itu bukan cuma soal kenangan; dia jadi bahasa gaya hidup. Baik Gen Z maupun milenial sama-sama suka main-main dengan potongan dari era 70-an sampai awal 2000-an. Bedanya? Cara mereka pakai dan maknanya buat mereka berbeda. Aku pengen cerita tentang gimana warna nostalgia ini tampil di kehidupan sehari-hari, gimana kita mengadopsinya, dan beberapa review produk kekinian yang sempat aku coba.

Mengapa Retro Kembali? (Pertanyaan yang selalu aku pikirkan)

Sebenarnya kenapa sih kita kembali ke masa lalu? Untuk aku, jawabannya sederhana: kenyamanan dan keaslian. Pakaian retro seringkali punya potongan yang longgar, bahan yang terasa ‘berumur’ dan proses produksi yang kasar—bukan rapih-rapih padepokan pabrik fast fashion. Ada kenyamanan emosional juga; memakai jaket kulit bekas atau kaus band lawas kayak memanggil memori yang belum tentu kita alami secara langsung, tapi kita terhubung lewat musik, film, atau cerita dari orang tua.

Gen Z melihat retro sebagai kanvas eksperimen. Mereka mix-and-match tanpa rasa takut. Milenial? Kadang lebih sistematis—memilih item yang tahan lama dan versatile. Dua-duanya valid. Dua-duanya cantik, menurutku.

Cerita Thrift Store: Surga yang Bikin Ketagihan

Jalan ke pasar loak atau thrift store sekarang seperti berburu harta karun. Aku pernah bawa pulang Levi’s 501 asli, kondisi bagus, harga murah; rasanya senang sekali. Satu item bisa jadi pusat outfit—padukan dengan sneakers putih bersih dan oversized blazer, langsung jadi signature look.

Produk kekinian yang aku suka untuk gaya retro adalah dad sneakers (duh, siapa yang nggak punya satu pasang?). Review singkat: Fila Disruptor—murah, chunky, dan nyaman; cocok untuk jalan jauh. Kalau mau yang ramah lingkungan, coba Veja: desain minimal, material yang lebih sustainable, dan finishing yang rapi. Kelemahannya? Harga lebih tinggi, tapi aku merasa itu investasi.

Apakah Ini Hanya Tren? Opini Singkatku

Aku percaya retro bukan sekadar tren musiman. Dia lebih ke siklus—tapi sekarang ada layer refleksi yang baru: kesadaran lingkungan dan identitas. Gen Z membawa nilai-nilai ini: mereka lebih sering membeli secondhand, mendukung brand yang transparan, dan merayakan ketidaksempurnaan. Milenial di sisi lain cenderung memilih barang yang multifungsi dan tahan lama—mungkin karena kita sudah lelah dengan akumulasi barang yang cepat usang.

Di sinilah peran kreatif: DIY. Mengubah jaket lama dengan patch, atau mengecat ulang sepatu buat memberi karakter. Itu bukan hanya estetika, tapi juga bentuk perlawanan kecil terhadap budaya konsumsi instan.

Review Produk Kekinian yang Layak Dicoba

Aku mau highlight beberapa barang yang sering muncul di feedku dan mungkin kamu mau coba juga. Pertama: oversized blazer—pilih bahan wol tipis atau polyester blend; potongan bahunya harus jelas oversized tapi pinggang masih bisa ditaklukkan. Brand high street banyak yang menawarkan ini; aku pernah coba dari H&M dan hasilnya rapi untuk kerja maupun santai. Kedua: vintage band tee—asli atau replika, tergantung budget. Yang asli punya tekstur lembut dan warna yang ‘pudar’ alami. Kalau mau alternatif, cari reproduksi berkualitas dari toko lokal yang mencetak dengan sablon water-based.

Ketiga: aksesori kecil yang berefek besar—scrunchie satin, kacamata cat-eye, dan tas crossbody kecil. Aku baru beli mini shoulder bag dari brand indie dan ternyata muat dompet, kunci, dan lip balm. Ringan. Desainnya klasik dengan sentuhan modern. Bagi aku, itu contoh sempurna gimana retro bisa relevan tanpa terasa museum.

Akhirnya, kalau kamu mau lihat lebih banyak inspirasi gaya, ada beberapa komunitas dan toko online yang rajin posting moodboard dan lookbook—salah satunya xgeneroyales yang suka ngumpulin referensi gaya retro dari berbagai dekade. Aku suka scroll di sana waktu butuh ide mix-and-match.

Kesimpulannya: warna nostalgia ini menempel bukan karena kita lagi ngide ulang masa lalu, tapi karena kita memberi makna baru pada potongan lama. Entah kamu Gen Z yang super eksperimental atau milenial yang mencari keseimbangan antara estetika dan fungsi, gaya retro selalu punya ruang. Dan yang paling menyenangkan: kamu bebas menulis ulang aturan pakaiannya sendiri.